Jerman Resesi
Uncategorized

Jerman Resesi, Bisakah Pemerintah Baru Memulihkan dengan Cepat?

Jerman, yang sebelumnya dikenal sebagai kekuatan ekonomi utama Eropa, kini menghadapi tantangan besar. Setelah mengalami kontraksi ekonomi sebesar 0,3% pada tahun 2023 dan stagnasi pada tahun 2024, negara ini memasuki tahun 2025 dengan prospek pertumbuhan yang suram. Faktor-faktor seperti tarif perdagangan AS yang baru, biaya energi yang tinggi, dan masalah struktural internal telah memperburuk situasi. Pemerintah koalisi baru yang dipimpin oleh Friedrich Merz kini berusaha untuk memulihkan perekonomian melalui berbagai kebijakan ambisius. Namun, tantangan besar tetap ada.


Kondisi Ekonomi Terkini

Pada kuartal pertama 2025, ekonomi Jerman mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,4%, dua kali lipat dari perkiraan awal sebesar 0,2%. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspor dan sektor manufaktur yang kuat, terutama pada bulan Maret . Namun, proyeksi untuk tahun 2025 tetap suram. Komisi Eropa menurunkan proyeksi pertumbuhan Jerman menjadi stagnasi, dengan perkiraan pertumbuhan 0,7% pada tahun 2025 dan 1,3% pada tahun 2026 . Sementara itu, Bundesbank memprediksi pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu 0,2% pada tahun 2025


Penyebab Resesi Berkelanjutan

Beberapa faktor utama yang menyebabkan resesi berkelanjutan di Jerman antara lain:

  • Ketergantungan pada Ekspor: Jerman sangat bergantung pada ekspor, dan tarif perdagangan AS yang baru telah mengurangi daya saing produk Jerman di pasar global
  • Biaya Energi Tinggi: Pasokan energi yang tidak stabil dan biaya energi yang tinggi akibat krisis Ukraina telah meningkatkan biaya produksi, terutama di sektor manufaktur.
  • Masalah Struktural: Kurangnya investasi dalam digitalisasi, transisi energi, dan infrastruktur telah menghambat daya saing industri Jerman
  • Demografi: Penuaan populasi dan kekurangan tenaga kerja terampil semakin memperburuk situasi di pasar tenaga kerja.

Kebijakan Pemerintah Koalisi Baru

Pemerintah koalisi yang dipimpin oleh Friedrich Merz telah mengumumkan serangkaian kebijakan untuk memulihkan perekonomian:

  1. Reformasi “Debt Brake”: Amendemen terhadap hukum dasar memungkinkan pembelanjaan pertahanan dan infrastruktur tanpa batasan defisit, memungkinkan pembiayaan utang yang lebih besar untuk proyek-proyek besar
  2. Investasi Infrastruktur dan Energi Hijau: Pemerintah berencana menginvestasikan €500 miliar dalam infrastruktur dan energi hijau dalam 10 tahun ke depan
  3. Pengurangan Pajak dan Regulasi: Rencana untuk mengurangi pajak perusahaan dan memotong birokrasi diharapkan dapat meningkatkan daya saing bisnis
  4. Kebijakan Tenaga Kerja: Inisiatif untuk meningkatkan partisipasi tenaga kerja, termasuk insentif bagi pekerja lanjut usia dan migran, serta kenaikan upah minimum menjadi €15 per jam pada tahun 2026

Tantangan dalam Implementasi

Meskipun kebijakan tersebut ambisius, tantangan besar tetap ada:

  • Keterlambatan Implementasi: Beberapa langkah, seperti insentif fiskal dan pengurangan birokrasi, mungkin tidak dapat diterapkan sebelum pemilu awal yang direncanakan pada Februari 2025
  • Risiko Inflasi: Pembiayaan utang yang lebih besar dapat meningkatkan inflasi, yang dapat mengurangi daya beli konsumen.
  • Ketidakpastian Global: Ketegangan perdagangan global dan fluktuasi harga energi dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan dalam jangka pendek.

Prospek Pemulihan

Meskipun tantangan besar, ada beberapa faktor yang dapat mendukung pemulihan:

  • Kebijakan Investasi: Investasi besar dalam infrastruktur dan energi hijau dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing jangka panjang.
  • Reformasi Tenaga Kerja: Meningkatkan partisipasi tenaga kerja dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil.
  • Stabilitas Sosial: Kebijakan sosial yang mendukung dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan stabilitas sosial.

Namun, pemulihan penuh mungkin memerlukan waktu lebih lama dari yang diharapkan, dengan proyeksi pertumbuhan 0,7% pada tahun 2025 dan 1,3% pada tahun 2026 .

Baca Juga : Hampir 8.000 Jemaah Terkena ISPA, Kemenkes Imbau Haji Indonesia Waspada!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *